Saturday, September 22, 2012

KONVENSIONAL vs SYARIAH


The historical success of Islam in providing the framework for a thriving world economy
from the seventh to the fifteenth centuries is a matter of historical record, but it does not
answer the question of whether Islam in particular, or religion and spirituality in general,
are helpful to or necessary for the ethical conduct of business in the modern world.
Modern institutions have allowed for corporate activity on an unprecedented scale,
impossible in the era before the development of the modern corporation.







Ekonomi Islam atau Ekonomi berbasis Syariah adalah sebuah sistem ekonomi
yang memiliki tujuan utama untuk kesejahteraan umat. Sistem ekonomi syariah
berpedoman penuh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi
prosedur transaksinya sepenuhnya untuk kemaslahatan masyarakat, sehingga tidak
ada satu pihak yang merasa dirugikan. Kesejahteraan masyarakat dalam Ekonomi
Islam tidak hanya diukur dari aspek materilnya, namun mempertimbangkan dampak
sosial, mental dan spiritual individu serta dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan.

Ekonomi Konvensional telah menjadikan uang sebagai suatu komoditas,
sehingga keberadaan uang saat ini lebih benyak diperdagangkan daripada difungsikan
sebagai alat tukar dalam perdagangan. Islam memandang uang hanya sebagai alat
tukar (medium of exchange), bukan sebagai barang dagangan (komoditas) yang
diperjual belikan. Ketentuan ini telah banyak dibahas ulama seperi Ibnu Taymiyah,
Al-Ghazali, Al-Maqrizi, Ibnu Khaldun dan lain-lain. Hal dipertegas lagi Choudhury
dalam bukunya “Money in Islam: a Study in Islamic Political Economy”, bahwa
konsep uang tidak diperkenankan untuk diaplikasikan pada komoditi, sebab dapat
merusak kestabilan moneter sebuah negara.
Islam tidak memperbolehkan sistem Money Demand for Speculation. Dalam
Islam, uang adalah milik masyarakat, sehingga uang harus digunakan dalam kegiatankegiatan
produktif. Penimbunan uang dapat mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, sedangkan Islam memandang uang adalah Flow Concept, yaitu uang
harus berputar dalam perekonomian. Semakin cepat uang berputar dalam
perekonomian, maka akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan
semakin baik perekonomian.

Terdapat perbedaan antara proses bisnis konvensional dan syariah, disini saya mengambil contoh dari sudut perbankan.

Bank Syariah
Bank Konvensional
a. Berdasarkan prinsip investasi bagi hasil
b. Menggunakan prinsip jual-beli
a. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan
c. Melakukan investasi-investasi yang halal saja
e. Setiap produk dan jasa yang diberikan sesuai dengan fatwa Dewan Syariah
f. Dilarangnya gharar dan maisir
g. Menciptakan keserasian diantara keduanya.
h. Tidak memberikan dana secara tunai tetapi memberikan barang yang dibutuhkan (finance the goods and services)
i. Bagi hasil menyeimbangkan sisi pasiva dan aktiva.
a. Berdasarkan tujuan membungakan uang
b. Menggunakan prinsip pinjam-meminjam uang.
a. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur
d. Investasi yang halal maupun yang haram
e. Tidak mengenal Dewan sejenis itu.
f. Terkadang terlibat dalam speculative FOREX dealing
g. Berkontribusi dalam terjadinya kesenjangan antara sektor riel dengan sektor moneter.
h. Memberikan peluang yang sangat besar untuk sight streaming (penyalah gunaan dana pinjaman)
i. Rentan terhadap negative spread

Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang. Dalam investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko, dan karenanya mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah aktivitas yang tidak memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal.

Bunga
Bagi Hasil
a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.
b. Besarnya bunga adalah suatu persen-tase tertentu terhadap besarnya uang yang dipinjamkan.
b. Besarnya bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa mempertimbang-kan apakah proyek/usaha yang dijalankan oleh nasabah / mudharib untung atau rugi.
c. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam.
a. Penentuan besarnya nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung-rugi.
b. Besarnya bagi hasil adalah berdasarkan nisbah terhadap besar-nya keuntungan yang diperoleh.
c. Besarnya bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek/usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi maka kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana, kecuali kerugian karena kelalaian, salah urus, atau pelanggaran oleh mudharib.
d. Tidak ada yang meragukan keabsah-an bagi-hasil.

Pendapat saya, kita sebagai umat muslim yang beragama tentu tahu yang mana yang akan kita ambil sesuai dengan penjelasan di atas, karena menyimpan uang di bank syariah termasuk kategori investasi. Besar-kecilnya perolehan kembalian itu tergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan bank sebagai pengelola dana. Selain itu islam juga mengajurkan untuk melakukan investasi dengan system bagi hasil dan bukan dengan sistem riba. 
Imam Suyuthiy dalam Tafsir Jalalain menyatakan, riba adalah tambahan yang
dikenakan di dalam mu’amalah, uang, maupun makanan, baik dalam kadar maupun
waktunya. Secara umum, riba diartikan sebagai tambahan uang maupun barang dalam
suatu transaksi yang telah diisyaratkan sejak awal. Seluruh ulama sepakat mengenai
haram hukumnya harta yang diperoleh secara riba. Seseorang dilarang memiliki dan
menikmati harta riba tersebut dan harus dikembalikan kepada pemiliknya. Firman
Allah SWT yang mengharamkan harta riba yang artinya:

278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.




Sumber : 
Antonio, Muhammad Syafi’i, (2001), Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek (Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia Cendekia). 
Antonio, Muhammad Syafi’i, 2006, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani
Muhammad, 2002, “Pengantar Akuntansi Syariah”, Salemba Empat : Jakarta
Umar Hamdan & Andi Wijaya, Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan Syariah, Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol.4 , No.7 Juni 2006

Saturday, September 15, 2012

Business Processes

In The twentieth first century, over 80% of respondents in a recent Info-Tech Research Group survey saw clear benefits after implementing Business Process Management (BPM). Improved compliance rates, lower defect rates, reduced process delays, shortened cycle times, and more process flexibility. 
Proses bisnis adalah suatu kumpulan pekerjaan yang saling terkait untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Suatu proses bisnis dapat dipecah menjadi beberapa subproses yang masing-masing memiliki atribut sendiri tapi juga berkontribusi untuk mencapai tujuan dari superprosesnya. Analisis proses bisnis umumnya melibatkan pemetaan proses dan subproses di dalamnya hingga tingkatan aktivitas atau kegiatan.
Banyak definisi yang telah dijabarkan oleh para ahli manajemen mengenai proses bisnis. Beberapa karakteristik umum yang dianggap harus dimiliki suatu proses bisnis adalah:
  1. Definitif: Suatu proses bisnis harus memiliki batasan, masukan, serta keluaran yang jelas.
  2. Urutan: Suatu proses bisnis harus terdiri dari aktivitas yang berurut sesuai waktu dan ruang.
  3. Pelanggan: Suatu proses bisnis harus mempunyai penerima hasil proses.
  4. Nilai tambah: Transformasi yang terjadi dalam proses harus memberikan nilai tambah pada penerima.
  5. Keterkaitan: Suatu proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus terkait dalam suatu struktur organisasi.
  6. Fungsi silang: Suatu proses umumnya, walaupun tidak harus, mencakup beberapa fungsi.


Proses bisnis terbagi menjadi beberapa proses yaitu :

  •           Proses bisnis inti / utama yaitu proses yang diselenggarakan untuk melayani pelanggan pengguna produk atau jasa
  •      Proses bisnis pendukung yaitu proses yang diselenggarakan untuk melayani pelanggan internal (karyawan perusahaan)
  •      Proses bisnis manajemen yaitu proses dimana perusahaan menyusun rencana, mengorganisasikan dan mengendalikan sumber daya yang ada.
  •     Proses Network Bisnis yaitu proses yang diselenggrakan utnuk pemasok, pemberi pinjaman, investor, pemerintah ataupun masyarakat umum.

Proses adalah aktifitas atau kumpulan dari aktifitas yang bersifat untuk mengolah masukan menjadi suatu keluaran yang dibutuhkan.


Hasil output dari suatu proses terkadang dibutuhkan oleh proses-proses yang lain untuk menghasilkan output yang berbeda dan selanjutnya secara keseluruhan proses-proses tersebut menghasilkan output yang melayani pihak eksternal yaitu customer. Output inilah yang dinamakan sebagai produk atau jasa.

Proses bisnis (business process) dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari proses yang mendukung proses-proses operasional dalam perusahaan. Proses bisnis berisi kumpulan aktifitas (tasks) yang saling berelasi satu sama lain untuk menghasilkan suatu keluaran yang mendukung pada tujuan dan sasaran strategis dari organisasi.

Proses Bisnis yang efektif dan efisien dapat menghasilkan nilai-nilai kompetitif bagi perusahaan. Proses bisnis yang dikelola dengan baik akan mampu menumbuhkan peluang. Namun perusahaan terkadang kurang memahami dan tidak mampu mengontrol proses bisnis yang dimilikinya. Pihak manajemen mungkin telah berhasil membuat prosedur yang ideal untuk menjalankan proses bisnisnya, tapi pada kenyataannya, implementasi di lapangan dapat sangat berbeda dari apa yang telah dirancang sebelumnya. Pada pelaksanaan suatu proses bisnis kadang terjadi redundansi, ketidakefisienan, stagnasi, dan berbagi kesalahan-kesalahan lainnya yang tidak dapat diantisipasi sebelumnya. Bisnis yang tidak tangkas dalam mengontrol proses bisnis 
yang dimilikinya cenderung akan menghalangi usaha perusahaan dalam mencapai sasaran yang diinginkan.





The path to success in any project is to have a clear understanding of the problem, how to get to the solution, and properly set expectations for resourcing, timing, and outcomes. Break the large problem of BPM into smaller, manageable problems to increase your chances of success.
Sources:
Suyanto, Revolusi Strategis, Mengubah Proses Bisnis untuk Meledakkan Perusahaan, Andi. 2007

Margaret Rouse, September 2005, http://searchcio.techtarget.com/definition/business-process